Siapa sih yang tidak tahu Radar Surabaya? Bagi
orang-orang pecinta jurnalistik khususnya di kawasan Surabaya tentunya
mengetahui tentang media tersebut. Radar Surabaya adalah surat kabar harian
pagi yang terbit di Surabaya, Jawa Timur. Radar Surabaya ini mulai berdiri
sekitar tahun 2001 dengan awalnya dikenal sebagai harian Suara Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Radar_Surabaya).
Maraknya gerakan reformasi pada tahun 1998 membuat masyarakat jenuh dengan
berita-berita politik dan hal inilah yang mengakibatkan perubahan nama dari Suara Indonesia menjadi Radar Surabaya dengan fokus sebagai Koran
lokal Kota Surabaya dan sekitarnya.
Kenapa sih kok bahas Radar Surabaya? Karena pada
Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) yang diinisiasi oleh BEM Fakultas
Teknologi Informasi, peserta yang terdiri atas mahasiswa Teknik Infomatika dan
Sistem Informasi, diberikan kesempatan luar biasa untuk berkunjung serta
menimba ilmu sedalam-dalamnya di Radar Surabaya. Kunjungan tersebut berlangsung
kemarin sore (4/4) sekitar pukul 18.00 WIB. Meskipun sedikit keluar dari jadwal
yang telah ditentukan karena berbagai faktor, peserta PJTL tetap antusias dalam
kunjungan ini. Antusiasme peserta dapat terlihat dari keseriusan mereka
mendengarkan pengalaman-pengalaman yang menjadi sumber ilmu yang diajarkan oleh
Pak Fail, seorang wartawan senior yang bekerja di Radar Surabaya. Beliau banyak
bercerita tentang pengalamannya menjadi seorang wartawan.
Menjadi seorang wartawan, menurut Pak Fail, hal
pertama yang harus dimiliki adalah komitmen
waktu. Mengapa hal ini sangat penting dan menjadi fokus utama seorang
wartawan? Karena dalam kehidupannya di dunia jurnalistik, sebuah berita akan
dapat memiliki nilai jual yang tinggi apabila berita tersebut masih dalam
kondisi yang fresh, atau biasanya
disebut dengan berita yang tidak basi.
Jika berita tersebut basi, siapa yang
ingin membacanya? Dan menjadi seorang wartawan bukanlah pekerjaan yang mudah. Butuh
keinginan yang tinggi untuk hal ini, karena jika tidak, kita tidak akan kuat
menjadi seorang wartawan yang tiap harinya harus memiliki minimal satu berita
untuk dipublikasikan. Jadi, jika tidak benar-benar hobi dalam dunia wartawan,
kita tidak akan betah dengan pekerjaan ini. Selain itu, terkadang seorang
wartawan juga sedikit pernah mengalami konflik batin, dimana bila seorang
wartawan dihadapkan pada pilihan yang sulit, yaitu nyawa seseorang atau foto momentual
yang bernilai jual tinggi? Selain bercerita panjang lebar mengenai seorang
wartawan, Pak Fail juga mengatakan, sebuah berita memiliki nilai yang tinggi
apabila dalam satu narasumber, kita bisa mendapatkan lebih dari satu berita. Karena
sangat disayangkan apabila kita mendapatkan seorang narasumber yang cukup susah
ditemui, misalnya Pak Susilo Bambang Yudhoyono, dan kita hanya mendapatkan satu
berita saja. Seorang wartawan harus memiliki kecerdasan pula dalam hal ini,
yaitu kecerdasan dalam mencari peluang untuk dijadikan sebuah berita. Mereka harus
ngeh ketika dalam kondisi seperti
ini.
Itulah sedikit ilmu tentang profesi sebagai
wartawan yang saya dapatkan, semoga bermanfaat :D
#SalamJurnalistik
#SalamJurnalistik
sumber gambar: google
No comments:
Post a Comment