Tiba-tiba teringat salah satu lukisan Allah yang tertangkap kameraku. Lukisan yang sungguh dapat membuat hatiku redup, tenang, dan berkata masya Allah.
Indahnya mentari yang hendak bersembunyi di balik pegunungan yang melingkari pulau yang indah ini. Putih oranye warnanya yang memberikan pesan perpisahan lewat garisan yang terbentuk dan mengambang di permukaan lautan ini, membuatku ingin sekali lagi melangkahkan kaki di pasir putih yang terbentang di pesisirnya. Berbauran dengan ombak dari lautan yang berwarna kehijauan. Melihatnya, di saat sedang kacau seperti ini, rasanya perasaan kacau itu diam-diam melebur terbawa arus ombak yang kemudian dihantamkan ke pasir itu, berharap pasir itu berkenan menguburnya hidup-hidup.
Masih ingat dengan oksigen segar yang pernah kuhirup langsung dari pinggir pulau itu. Oksigen yang tak pernah kuhirup sebelumnya di Kota Pahlawan ini, Surabaya. Mungkin karena terlalu banyaknya bangunan-bangunan yang berlomba-lomba menyentuh langit, mungkin juga karena terlalu banyaknya karbon monoksida di setiap sudut jalanan kota, dan mungkin juga karena sedikitnya ladang hijau yang masih bertahan hidup di kota yang kurang sehat ini. Entahlah, suasana di kota kelahiranku ini tak kunjung dapat mengurangi rasa penatku setelah melewati semester yang berat ini, dengan segala tugas yang hampir setiap jam menghantuiku.
Terlepas dari semua kepenatanku, terlepas dari semua kemarahanku, terlepas dari semua yang kurasakan pagi tadi akibat browser, sekali lagi aku ingin menyampaikan, “Tak perlu jauh-jauh sampai luar negeri,
karena di Indonesia pun bisa kita dapatkan Mahakarya luar biasa dari Allah
SWT.” Dan itulah yang membuatku
mencintai Indonesia, yang memiliki sejuta kekayaan yang masih tersembunyi. Dan inilah salah satunya -- Pulau Sempuh, Malang, Jawa Timur.
Surabaya, 19 Juni 2014
yang rindu pada tanggal 13 Agustus 2013
ketika berkunjung ke Pulau Sempuh
bersama keluarga {}