Di tengah-tengah
padatnya aktivitas di kampus perjuangan, memang jarang rasanya bisa meluangkan
waktu selain untuk mengerjakan tugas kuliah. Namun, mungkin bisa lah
mencuri-curi waktu, walau hanya sebentar, walau hanya sesaat ketika menunggu
dosen datang ke kelas, untuk melakukan hal yang sebenarnya kusukai. Membaca novel.
Ya, sudah lama semenjak masuk perkuliahan aku tak pernah lagi membaca novel. Hingga
sekarang aku baru menyadari bahwa teman-teman seperjuangan juga sangat menyukai
kegiatan tersebut. Melebihiku. But, I don’t
care. Malah suatu keuntungan
bagiku karna aku bisa meminjam koleksi novel yang dimiliki temanku :)
Let me tell you about the first novel I’ve
done read on. [sorry for my poor
English]
Novel ini
karya Prisca Primasari yang diterbitkan oleh salah satu penerbit ternama
novel-novel best seller, Gagas Media.
“Priceless Moment” yang mengangkat
tema fatherhood, sukses dituliskan
Prisca secara mulus untuk penuturan cerita yang tokoh utamanya seorang pria. Novel
ini bercerita tentang Yanuar sebagai seorang manajer di perusahaan furniture besar, Ebony and Ivory, yang mendapati duka yang teramat dalam karena
kepergian istrinya untuk selamanya. Dia berusaha bangkit dari duka tersebut,
walau memang tak yakin bisa melupakan Esther, istrinya. Semangat untuk tetap
hidup pun datang dari anak-anak Yanuar, Hafsha dan Feru. Namun, jabatan Yanuar
di perusahaan furniture tersebut
membuatnya jarang sekali meluangkan waktu untuk keluarganya, hingga sampai
Esther meninggal pun, Yanuar belum lihai dalam mengurus anak-anaknya.
Kedekatan Yanuar
dengan anak-anaknya masih terasa kaku lantaran Yanuar selalu menggunakan gaya bicara
yang sama ketika berbicara dengan CEO perusahaan serta manajer-manajer
perusahaan lain. Dengan dibantu adiknya, Wira, Yanuar perlahan-lahan mulai
mengubah kebiasaan tersebut. Dan alhasil, kedekatannya dengan anak-anaknya
semakin membaik. Hal ini juga didukung dengan semakin seringnya Yanuar berada
di rumah untuk menemani putra-putrinya itu. Tindakan ini dilakukannya dengan
niatan tak ingin, lagi, kehilangan momen sebagai seorang ayah, yang turut
campur tangan dalam proses pendewasaan malaikat kecilnya. Sebelumnya, kesibukan
Yanuar telah menghilangkan sosoknya dalam momen besar dalam kehidupan Hafsha
dan Feru, kelahiran mereka. Tapi, waktu akan terus berjalan, tanpa berhenti
sedetikpun, tanpa mengerti seberapa besar penyesalan seseorang sekalipun.
Begitu lah
singkat cerita dari novel ini. Nuansa romantisme hanya tampil sekilas-kilas dalam
novel ini, karena memang fokus utamanya adalah tentang fatherhood. Seperti judulnya, novel ini mengajarkan tentang
menghargai waktu, dimana waktu tidak akan bisa terulang kembali. Therefore, kita sebagai orang-orang yang
sibuk dalam urusan pribadi, harus pandai-pandai meluangkan waktu untuk
orang-orang tercinta, terutama keluarga. Merekalah yang paling dekat dengan
kita. Yang kali pertamanya mengajarkan kita tentang kehidupan. Dan yang tanpa
kita tahu kapan mereka akan tiada lagi bisa menyediakan semuanya untuk kita.
Love your family, guys!