Monday, December 8, 2014

Priceless Moment


Di tengah-tengah padatnya aktivitas di kampus perjuangan, memang jarang rasanya bisa meluangkan waktu selain untuk mengerjakan tugas kuliah. Namun, mungkin bisa lah mencuri-curi waktu, walau hanya sebentar, walau hanya sesaat ketika menunggu dosen datang ke kelas, untuk melakukan hal yang sebenarnya kusukai. Membaca novel. Ya, sudah lama semenjak masuk perkuliahan aku tak pernah lagi membaca novel. Hingga sekarang aku baru menyadari bahwa teman-teman seperjuangan juga sangat menyukai kegiatan tersebut. Melebihiku. But, I don’t care. Malah suatu keuntungan bagiku karna aku bisa meminjam koleksi novel yang dimiliki temanku :)

Let me tell you about the first novel I’ve done read on. [sorry for my poor English]

Novel ini karya Prisca Primasari yang diterbitkan oleh salah satu penerbit ternama novel-novel best seller, Gagas Media. “Priceless Moment” yang mengangkat tema fatherhood, sukses dituliskan Prisca secara mulus untuk penuturan cerita yang tokoh utamanya seorang pria. Novel ini bercerita tentang Yanuar sebagai seorang manajer di perusahaan furniture besar, Ebony and Ivory, yang mendapati duka yang teramat dalam karena kepergian istrinya untuk selamanya. Dia berusaha bangkit dari duka tersebut, walau memang tak yakin bisa melupakan Esther, istrinya. Semangat untuk tetap hidup pun datang dari anak-anak Yanuar, Hafsha dan Feru. Namun, jabatan Yanuar di perusahaan furniture tersebut membuatnya jarang sekali meluangkan waktu untuk keluarganya, hingga sampai Esther meninggal pun, Yanuar belum lihai dalam mengurus anak-anaknya.

Kedekatan Yanuar dengan anak-anaknya masih terasa kaku lantaran Yanuar selalu menggunakan gaya bicara yang sama ketika berbicara dengan CEO perusahaan serta manajer-manajer perusahaan lain. Dengan dibantu adiknya, Wira, Yanuar perlahan-lahan mulai mengubah kebiasaan tersebut. Dan alhasil, kedekatannya dengan anak-anaknya semakin membaik. Hal ini juga didukung dengan semakin seringnya Yanuar berada di rumah untuk menemani putra-putrinya itu. Tindakan ini dilakukannya dengan niatan tak ingin, lagi, kehilangan momen sebagai seorang ayah, yang turut campur tangan dalam proses pendewasaan malaikat kecilnya. Sebelumnya, kesibukan Yanuar telah menghilangkan sosoknya dalam momen besar dalam kehidupan Hafsha dan Feru, kelahiran mereka. Tapi, waktu akan terus berjalan, tanpa berhenti sedetikpun, tanpa mengerti seberapa besar penyesalan seseorang sekalipun.

Begitu lah singkat cerita dari novel ini. Nuansa romantisme hanya tampil sekilas-kilas dalam novel ini, karena memang fokus utamanya adalah tentang fatherhood. Seperti judulnya, novel ini mengajarkan tentang menghargai waktu, dimana waktu tidak akan bisa terulang kembali. Therefore, kita sebagai orang-orang yang sibuk dalam urusan pribadi, harus pandai-pandai meluangkan waktu untuk orang-orang tercinta, terutama keluarga. Merekalah yang paling dekat dengan kita. Yang kali pertamanya mengajarkan kita tentang kehidupan. Dan yang tanpa kita tahu kapan mereka akan tiada lagi bisa menyediakan semuanya untuk kita.

Love your family, guys!