Friday, May 15, 2015

Istirahat yang Tenang, Pak



“... Engkau Patriot Pahlawan Bangsa, tanpa tanda ja..sa”

Masih ingat saat pertama kali Bapak masuk ke kelas XII IPA 1, XIIASAT kami menyebutnya, kelasku semasa masih duduk di bangku SMA. Bapak memulainya dengan seperti biasanya, perkenalan diri sebagai wali kelas XIIASAT. Masih ingat dengan apa yang Bapak tekankan pada saat jam perkenalan tersebut, bukan banyak bercerita tentang kehidupan Bapak, tapi tentang masa depan anak-anakmu pada kala itu. Tentang kuliah. Hal yang mengambil banyak ruang di otak sebagian besar siswa yang sedang duduk di bangku SMA kelas dua belas.


Masih ingat suara Bapak, gaya Bapak saat mengajarkan pelajaran yang aku sukai, matematika. Masih ingat pula salah satu cara Bapak saat menyuruhku mengerjakan soal di depan kelas, “Del kerjakno, Del. Mosok gak isok, Del”. Ya, begitulah. Dengan bahasa jowonya itulah yang mendekatkan Bapak dengan anak-anak XIIASAT, termasuk aku.


Itu kenangan masa lalu. Masa SMA. Sekitar dua tahun lalu aku mengakhiri masa tersebut. Dan sekitar tiga tahunan aku bertemu dengan Bapak terhitung semenjak Bapak menjadi wali kelasku saat itu.


Tak banyak memang kenangan yang tercipta, selain pelajaran di kelas yang terkadang membosankan, aktivitas di lingkungan sekolah, perpisahan kelas di luar kota, dan foto perpisahan bersama di salah satu studio foto dekat sekolah. Semua adalah hal yang biasa dilakukan oleh siswa dengan wali kelasnya. Meski begitu, tentu banyak hal yang telah Bapak tinggal dalam hati dan kotak kenangan kami masing-masing.


Aku ingat juga ketika akhirnya salah satu dari tiga puluh lebih anak kebanggaan Bapak ini tidak diterima jalur undangan (SNMPTN 2013). Tentu perasaan Bapak sangat kecewa denganku, yang mungkin saja Bapak banyak menaruh harapan padaku. Tapi Bapak malah menyemangati dan mendoakanku tiap kali aku bertemu dengan Bapak. Hingga akhirnya aku bisa menimbah ilmu di perguruan tinggi yang aku tuju, juga semua tak luput dari doa Bapak :)


Itu juga kenangan masa lalu, bersama Bapak, yang Bapak tinggalkan dalam hati dan kotak kenanganku.


Beberapa bulan terakhir aku mendengar kabar bahwa Bapak jatuh sakit. Beberapa bulan terakhir aku mendengar kabar kepergian beberapa civitas akademik di sekolah. Beberapa jam terakhir aku mendengar kabar bahwa Bapak sedang dalam kondisi kritis. Dan beberapa jam terakhir pula aku mendengar kabar kepergian Bapak.


Sedih memang. Sangat. Hingga tak sadar aku sampai meneteskan beberapa air mata. Tapi jikalau memang sudah waktunya, manusia bisa apa. Mungkin ini juga yang terbaik untuk Bapak agar Bapak tidak terus-menerus merasakan sakit yang Bapak rasakan beberapa waktu terakhir ini. Semoga sakit kemarin tidak lain adalah sebagai penghapus segala dosa Bapak.


Menyesal sekali belum sempat menjenguk Bapak. Dan mohon maaf akan hal tersebut, meski maaf ini percuma karena Bapak telah benar-benar pergi. Mungkin yang bisa aku lakukan hanya mendoakan Bapak.


Well. Perjuangan Bapak telah berakhir. Perjuangan dalam mencerdaskan putra-putri bangsa. Tapi aku yakin, balasan akan perjuangan itu tak akan pernah berakhir, Pak. Karena dalam perjuangan tersebut Bapak telah menebar banyak ilmu yang bermanfaat, di mana merupakan salah satu amalan yang pahalanya tiada terputus. Masha Allah.


Dan aku juga ingat bahwa hari kepergian Bapak jatuh pada hari yang diidam-idamkan para ulama. Tentu ini bukan suatu kebetulan, melainkan pertanda baik karena kebaikan yang Bapak tuai selama ini, insya Allah.


Tetaplah tersenyum, Pak. Aku yakin banyak yang mendoakan Bapak. Semoga Allah mengampuni segala dosa Bapak dan menerima segala amalan Bapak. Semoga Bapak ditempatkan di tempat selayak-layaknya.


Selamat jalan, Drs. H. Bambang Priyono, M. Si :’)
Foto bersama [Pak Pri yang berkumis :'3]

Terpujilah wahai engkau, Ibu/Bapak guru. Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku. Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku. Sebagai prasasti, terima kasihku tuk pengabdianmu.

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan. Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan. Engkau patriot, pahlawan bangsa tanpa tanda jasa.