Sunday, January 5, 2014

Mimpi | From Us to Nation



Setiap orang pasti mempunyai mimpi. Mimpi di sini yang saya maksud bukanlah mimpi tidur yang hampir setiap malam mendatangi tidur kita. Mimpi yang saya maksud adalah yang berhubungan dengan tujuan hidup kita, apa yang kita inginkan di masa depan nanti. Biasanya, anak kecil menyebut mimpi ini sebagai cita-cita. Akan tetapi, apapun penyebutannya, harus tetap bermakna sama.

Mengapa setiap orang pasti mempunyai mimpi? Bagaimana bila orang tersebut tidak memiliki mimpi? Apakah akan mengganggu hidupnya? Tentu saja. Mimpi merupakan salah satu alasan mereka untuk tetap hidup di dunia ini, karena mimpi membuat kita lebih bersemangat dalam menjalani kehidupan yang makin lama makin terasa ‘begitu-begitu saja’. Tanpa mimpi, saya yakin, kita akan bosan dengan rutinitas sehari-hari yang kita lakukan. Jadi, mimpi bisa menumbuhkan rasa semangat dalam diri kita untuk menyongsong masa depan kita yang cerah.
               
Saya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, juga tentunya mempunyai berbagai mimpi. Terutama bagi tanah tempat saya dilahirkan, dididik, dan dibesarkan. Tanah yang dulunya dijajah oleh para bangsawan yang ingin merebut kekayaan yang ada di sini. Tanah air saya, Indonesia. Mimpi saya yang pertama adalah saya ingin memajukan bangsa yang telah mengikhlaskan tanahnya untuk saya pijak, yang menyediakan berbagai macam pengetahuan untuk saya pelajari, serta yang menyediakan berbagai keindahan alam untuk saya nikmati dan syukuri. Tidak lain adalah Indonesia. Saya memimpikan ini karena terinspirasi oleh para pahlawan yang dulu pernah memperjuangkan jiwa dan raganya untuk memerdekakan tanah air ini. Dan mungkin sudah seharusnya semua pemuda Indonesia memiliki mimpi ini, yang merupakan bentuk penghormatan kepada pahlawan-pahlawan kita dulu. Mimpi ini memang tak mudah bagi saya untuk merealisasikannya. Akan tetapi, saya tidak akan menyerah untuk mewujudkannya. Dengan dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air ini, rasa hormat saya untuk para pahlawan bangsa, serta rasa  cinta untuk orang-orang yang telah mendidik saya, saya akan berusaha terus untuk mewujudkan apa yang saya impikan ini, dan bisa jadi mimpi ini juga merupakan salah satu mimpi dari pahlawan-pahlawan bangsa ini.

Selanjutnya, saya ingin memperbaiki karakter-karakter masyarakat Indonesia yang kian lama kian memburuk. Banyaknya angka kriminalitas di Indonesia merupakan salah satu wujud nyata dari buruknya karakter masyarakat Indonesia. Dengan hanya bermodalkan pendidikan yang tinggi, saya rasa ini sangat kurang untuk mendapatkan karakter yang baik di masa sekarang. Lihat saja pejabat-pejabat tinggi yang ada di Indonesia! Mendapatkan gelar sebagai “Pejabat Tinggi” bukanlah berasal dari pendidikan yang rendah. Pendidikan mereka tinggi, bahkan harus tinggi. Akan tetapi, apakah karakter yang mereka miliki sesuai dengan pendidikan mereka yang tinggi? Tidak! Banyak di antara mereka yang suka mengambil uang rakyat atau korupsi, meskipun tidak semuanya. Hal ini sangatlah memalukan, apalagi ini dilakukan oleh mereka yang seharusnya menjadi contoh untuk seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan pendidikan karakter yang berbudi perkerti yang luhur, yang sesuai dengan yang diinginkan oleh Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara.
              
Mimpi saya yang selanjutnya, saya ingin menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, yang bisa dipakai oleh seluruh dunia. Mimpi ini terinspirasi dari sulitnya beberapa anak dalam memahami bahasa Inggris, yang telah menjadi bahasa internasional. Bukan bermaksud tak mau belajar bahasa Inggris, tapi alangkah bahagianya bila bahasa kita sendiri bisa menjadi bahasa internasional.
              
Masih banyak lagi mimpi-mimpi saya untuk bangsa tercinta ini yang belum bisa tertulis dalam esai ini. Dan mimpi-mimpi saya di atas, mungkin saja juga merupakan mimpi-mimpi pemuda Indonesia yang lainnya. Memang tak mudah merealisasikan mimpi-mimpi tersebut, tapi jika kita terus berusaha dan berdoa, bukan tidak mungkin nama kita bisa menjadi  sejarah baru bagi bangsa Indonesia. Sekali lagi, dengan dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air ini, rasa hormat saya untuk para pahlawan bangsa, serta rasa  cinta untuk orang-orang yang telah mendidik saya, saya akan berusaha terus untuk mewujudkan apa yang saya impikan ini.


Semoga bermanfaat :)

Saturday, January 4, 2014

Totalitas sebagai Kebutuhan, bukan Keharusan

Semakin bertambahnya usia semakin aku sering mendengar kata totalitas di setiap kegiatan yang aku lakukan. Semakin aku sering mendengar, semakin aku mengerti makna dari totalitas itu sendiri. Ya, totalitas yang pasti artinya yang utama adalah tidak setengah-setengah. Artinya apa? Tentu saja seperti ini, dalam mengerjakan suatu pekerjaan, kita tidak diperbolehkan hanya dengan menggunakan setengah hati, karena hal ini akan berimbas kepada hasil yang tidak maksimal dari pekerjaan yang kita lakukan tersebut. Selain itu, pekerjaan yang dikerjakan dengan setengah hati tak akan berarti apa-apa untuk kita, karena jika kita tidak totalitas, kita tidak akan menikmati pekerjaan tersebut sehingga kita juga tak tahu apa makna dan rasanya perjuangan itu.

Totalitas tidak memandang siapa kamu dan apa pekerjaanmu, entah menjadi tukang bersih-bersih, mahasiswa, guru, dosen, presiden, ataupun yang lainnya. Semua pekerjaan yang dikerjakan dengan totalitas pasti akan menghasilkan manfaat positif, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, baik itu dalam jangka yang pendek maupun jangka panjang. Akan tetapi, kenyataan yang sering terjadi di sekitar atau bahkan saya sendiri yang mengalaminya yaitu kita sering terjebak dalam rutinitas belaka. Bekerja seadanya, tanpa semangat, kurang lebih hanya mengikuti prosedur saja tanpa menikmati pekerjaan tersebut lebih dalam lagi. Hal ini akan menyebabkan umpan balik yang timbul dalam diri kita menjadi emosi yang tidak menjadikan kita lebih bergairah sehingga kita akan cepat merasa lelah, pusing, terkekang, dan kondisi-kondisi lain yang tidak membuat nyaman diri kita.

Totalitas adalah salah satu bentuk perjuangan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Akan tetapi, bukan hasil saja yang dilihat melainkan lebih kepada pelajaran yang dapat kita ambil dari perjuangan kita dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Hasil yang baik hanyalah sebuah hadiah jika kita benar-benar totalitas dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi, jadikan totalitas dalam mengerjakan suatu pekerjaan menjadi kebutuhan kita, bukan sekadar menjadi suatu keharusan. Memang, keharusan itu perlu, akan tetapi keharusan memiliki sisi paksaan di dalamnya dan totalitas itu bukan berasal dari sebuah paksaan, karena totalitas itu berarti bekerja setulus hati, bukan setengah hati seperti yang ada dalam sebuah paksaan. Dan percayalah, sebuah pekerjaan yang kita usahakan secara maksimal, akan berbuah manis untuk kita. Dalam hal ini, berbuah manis bukan selalu hasil yang kita peroleh sempurna, melainkan lebih kepada hikmah yang dapat kita petik dari kegiatan kita tersebut.

#Tugas Essay LKMM Pra TD VI, semoga bermanfaat :)

Thursday, January 2, 2014

Remind...

Membuka awal tahun baru baiknya adalah dengan mengingat semua mimpi yang pernah tertuang, entah dalam pikiran atau telah dalam sebuah tulisan. Kegiatan tersebut bisa berguna bagi orang yang bersungguh-sungguh menjalani hidup di dunia ini, yang kata kebanyakan orang makin lama makin 'keras'. Dengan mengingat semua mimpi di awal tahun baru, kita bisa membangkitkan semangat kita lagi setelah (mungkin beberapa di antara) semangat-semangat yang ada dalam jiwa kita terbuang karena semangat menyambut tahun baru.

Dalam posting kedua di tahun 2014 ini, saya ingin sedikit share mengenai mimpi-mimpi saya selama saya berada di Jurusan Sistem Informasi ITS Surabaya (4 tahun) serta dua tahun setelahnya. Cekidoooot....


Itu adalah sebagian kecil mimpi saya, sebagai besarnya telah saya tuliskan dalam sebuah buku, yang biar hanya Allah dan aku saja yang tau, hehe. Ya, semoga Allah selalu memberi jalan pada setiap mimpi-mimpiku dan mimpi-mimpi kalian (yang membaca post ini) agar aku dan kalian bisa mencapainya, amiiiinn..

Terimakasih, selamat dini hari :)

Surabaya, 2 Januari 2014
dear, DRE
semangat^^9

Mahasiswa vs Siswa

Beberapa pelajar Indonesia yang telah lulus pendidikan SMA akan memilih melanjutkan studinya di perguruan tinggi, baik swasta ataupun negeri. Mereka akan melakukan beberapa tes seleksi untuk masuk di perguruan tinggi yang mereka inginkan. Setelah mereka dinyatakan lulus tes seleksi tersebut, mereka secara resmi telah berubah status, yang awalnya siswa menjadi mahasiswa, akan tetapi juga menunggu peresmian secara resmi dari universitas atau institute mereka sendiri.

Pasti ada yang bingung, apasih yang membedakan antara mahasiswa dan siswa? Kalau dilihat dari unsur-unsur katanya, sudah jelas berbeda, yang satu terdapat kata ‘maha’ sedangkan satunya tidak. Lalu, apa maksudnya dan apa inti perbedaannya?

Maksud dan inti perbedaannya terletak pada kata ‘Maha’ tersebut, yang artinya besar. Jadi,  mahasiswa itu besar dalam segalanya, baik tugas, tanggungjawab, kemandirian, dan lain-lain. Mahasiswa sudah dianggap dewasa, harus bisa memiliki sifat kemandirian yang tinggi, karena rata-rata anak kuliahan dikenal dengan sifat keindividuannya yang besar. Jadi kalau tidak mandiri, kita akan ketinggalan banyak hal serta info-info penting atau kalau sekarang biasa disebut dengan istilah kudet.

Sedangkan yang siswa, mereka masih dianggap belum bisa mandiri, walaupun mungkin ada beberapa yang sudah belajar untuk hidup mandiri. Dan kehidupan siswa di SD, SMP, maupun SMA sangat berbeda dengan mahasiswa di kampus. Untuk siswa, jadwal sekolah telah diatur sedemikian rupa, sedangkan untuk mahasiswa, mereka sendirilah yang mengatur. Masuk atau tidak masuk itu pilihan mereka, yang penting mereka bisa lulus dalam ujian mereka. Kalau tidak lulus berulang kali, status kemahasiswaan mereka bisa diambil, atau istilahnya adalah Drop Out.

Jadi, kalau kita ingin menjadi seorang mahasiswa, kita harus benar-benar dewasa serta serius dalam menjalani status tersebut. Karena menyandang status mahasiswa tidak semudah seperti apa yang terlihat dari pribadi luarnya. Namun, menjadi seorang mahasiswa atau stop dalam status siswa, itu juga pilihan kalian, pilihan hidup kalian. Jadi, pandai-pandailah juga dalam memilih langkah untuk hidup kalian. Yang perlu diingat adalah berpendidikan tinggi itu penting. Namun, semua pilihan tetap berada di tangan kalian.

#tugas essay gerigi 2013, semoga bermanfaat :)