After passing a long term, finally, I can blog this late-story. We were called this as internalization.
Sebenarnya, ini sudah lama. Sekitar 6 atau 7 Februari, sampai aku lupa kapan kami pergi internalisasi. Pokoknya minggu pertama bulan Februari. Masih ingat, malam sebelumnya, kami masih mencari-cari persewaan mobil yang masih buka dan mobilnya available untuk disewa esoknya. H min berapa jam itu masih cari-cari mobil. Guyonan kok anak-anak Medfo ini. Ya, Medfo Revolution. Departemen yang mau menampungku untuk mengabdi di HMSI.
Kami menyempatkan diri untuk internalisasi ini. Di akhir jadwal FRS-an, anak ITS pasti sudah tak asing bagaimana suasana FRS di kampus tersebut, serta di tengah-tengah sibuknya departemen kami yang akan menjalankan proker di bulan itu juga. Untungnya semua pada mau menyempatkan diri, dan berangkatlah kami ke Wisata Bahari Lamongan (a.k.a WBL). Percaya atau tidak, it was my first time to go there and I was so excited that Medfo granted my wish to go there. Alay ya, maapkeun.
Dengan dua mobil, kami akhirnya pergi ke WBL. Berangkat pagi dari Jurusan Sistem Informasi dan sampai di sana sekitar pukul 10.00 a.m. Masih ingat kesan pertama Pandu, salah satu anak Medfo dari Batam, saat pertama kali sampai di WBL. "Saya merasa ada kecurangan dalam internalisasi ini, saya ingin ada internalisasi ulang," kurang lebih begitu kata Pandu yang disampaikan oleh Bintang. Jelas saja Pandu bilang begitu, karena ketika turun dari mobil, di sebelah parkiran adalah tempat orang sedang berjualan ikan-ikan sehingga baunya pun tercium amis. Kami semua hanya tertawa menanggapi kesan Pandu tersebut. Dia hanya belum memasuki dalamnya, kok.
Oke, akhirnya masuklah kami ke tempat wisata sebenarnya. Disambut dengan tulisan besar WBL, kami mengawali foto pertama kami.
Ya, itulah orang-orang yang membantu penyebaran informasi HMSI. Dari kiri ke kanan ada Mbak Aul, selaku Sekretaris Departemen Medfo, Mbak Intan, Kepala Departemen medfo, Hani, Olip, Uci, Pandu, saya, dan Alim, yang duduk di tulisan atas L. Di belakang, dari kiri ke kanan ada Mas Septa, Mbak Niken, Mas Koga, Bintang, dan Kevin.
Petualangan kami dilanjutkan dengan berkunjung ke rumah kucing. Namanya juga rumah kucing, tentunya banyak sekali jenis kucing yang ada di dalamnya. Sayangnya, kucing-kucing tersebut diletakkan di balik kaca sehingga pengunjung tidak dapat menyentuhnya. Mungkin ini agar kucingnya tidak bisa kemana-mana dan tetap dalam lindungan dari pengunjung kali ya. Oke, kami tak ambil pusing masalah itu, karena masalah perkuliahan lebih susah daripada masalah tersebut, yakan?
Hampir setiap wahana (gratis) yang kami lewati, kami mencobanya. Entah itu menyeramkan ataupun biasa saja. Sempat kami mencoba wahana, aku lupa namanya, konsepnya seperti rumah hantu yang bila mengelilinginya menggunakan kereta. Namun di sini bukan hantu yang menjadi objeknya, melainkan tokoh-tokoh yang diceritakan oleh narator. Setelah searching, aku ingat namanya, yaitu Istana Boneka 1001 Malam. Bagus sih, hanya saja terkadang narasinya terlalu lama dinarasikan, I mean, ketika kereta sudah mau berganti ke tokoh yang lain, narasinya baru mulai menarasikan tokoh yang akan selesai dilewati oleh kereta.
Itu salah satu wahana yang tidak menyeramkan yang ada di WBL ini. Sekarang aku akan cerita tentang wahana yang wow, gilak, keren, dan bikin mau mati, ya.
Dengan mencoba wahana yang wow, gilak, dll itu, aku menemukan keberanianku dalam hal menaiki wahana. Di sini, aku bahkan hampir menaiki semua wahana yang menyeramkan. Hehe iya menyeramkan. Sempat aku merasa hampir mati karena naik wahana Speed Flip. Kapok rasanya, tapi seru banget. Tapi sangat bahaya bagi orang-orang yang memiliki serangan jantung atau ketakutan yang berlebih dalam hal menaiki wahana yang terlihat menyeramkan (walaupun sebenarnya memang menyeramkan). Selama menaiki speed flip, badan ini terpontang-panting mengikuti arah gerakan si mesin. Berkali-kali aku nyebut, dari teriak sampai dalam hati saking capeknya teriak. Aku pasrah, Uci pun, teman "sebangku" saat menaiki wahana ini, juga ikut pasrah. Yeah, at least kita pernah nyoba yang ginian. Kan sayang jauh-jauh ke WBL nggak nyobain satu-satu. Tapi, gilak, high risk banget wahana satu ini.
Foto ketika masih "baik-baik" saja bersama teman "sebangku" |
Untungnya kami tak habis nyali setelah menaiki wahana itu. Lanjut ke wahana sebelah, ada Crazy Car. Setelah menenangkan diri, Aku dan Uci lanjut menaiki crazy car. Wahana ini hampir sama seperti roller coaster. Yang aku lakukan hanya berpegang erat dan berharap agar aku tidak terlempar keluar dari kereta akibat kencangnya laju kereta tersebut. Huh, benar-benar crazy.
Selanjutnya kami pindah ke wahana jungkir balik, hihi. It called Ranger. Wahana ini akan memutar penumpangnya 360 derajat. Dan saat si penumpang sudah di atas dalam keadaan terbalik, wahana ini sengaja mendiamkan beberapa detik baru setelah itu melanjutkan mempontang-panting penumpangnya. Sangat mengacu adrenalin, bukan?
Sepertinya itu wahana menyeramkan terakhir yang aku coba. Yeah, it was really nice short holiday. I can not forget it, really!
Segitu aja sih cerita ke WBLnya. Di akhir perjalanan pun si Pandu akhirnya mengakui bahwa internalisasinya menyenangkan :)
Let me blog our pictures over at WBL.
Disempetin pose aja deh |
No comments:
Post a Comment