Saturday, April 5, 2014

Kilas Balik Kunjungan ke Radar Surabaya


Siapa sih yang tidak tahu Radar Surabaya? Bagi orang-orang pecinta jurnalistik khususnya di kawasan Surabaya tentunya mengetahui tentang media tersebut. Radar Surabaya adalah surat kabar harian pagi yang terbit di Surabaya, Jawa Timur. Radar Surabaya ini mulai berdiri sekitar tahun 2001 dengan awalnya dikenal sebagai harian Suara Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Radar_Surabaya). Maraknya gerakan reformasi pada tahun 1998 membuat masyarakat jenuh dengan berita-berita politik dan hal inilah yang mengakibatkan perubahan nama dari Suara Indonesia menjadi Radar Surabaya dengan fokus sebagai Koran lokal Kota Surabaya dan sekitarnya.

Kenapa sih kok bahas Radar Surabaya? Karena pada Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) yang diinisiasi oleh BEM Fakultas Teknologi Informasi, peserta yang terdiri atas mahasiswa Teknik Infomatika dan Sistem Informasi, diberikan kesempatan luar biasa untuk berkunjung serta menimba ilmu sedalam-dalamnya di Radar Surabaya. Kunjungan tersebut berlangsung kemarin sore (4/4) sekitar pukul 18.00 WIB. Meskipun sedikit keluar dari jadwal yang telah ditentukan karena berbagai faktor, peserta PJTL tetap antusias dalam kunjungan ini. Antusiasme peserta dapat terlihat dari keseriusan mereka mendengarkan pengalaman-pengalaman yang menjadi sumber ilmu yang diajarkan oleh Pak Fail, seorang wartawan senior yang bekerja di Radar Surabaya. Beliau banyak bercerita tentang pengalamannya menjadi seorang wartawan.

Menjadi seorang wartawan, menurut Pak Fail, hal pertama yang harus dimiliki adalah komitmen waktu. Mengapa hal ini sangat penting dan menjadi fokus utama seorang wartawan? Karena dalam kehidupannya di dunia jurnalistik, sebuah berita akan dapat memiliki nilai jual yang tinggi apabila berita tersebut masih dalam kondisi yang fresh, atau biasanya disebut dengan berita yang tidak basi. Jika berita tersebut basi, siapa yang ingin membacanya? Dan menjadi seorang wartawan bukanlah pekerjaan yang mudah. Butuh keinginan yang tinggi untuk hal ini, karena jika tidak, kita tidak akan kuat menjadi seorang wartawan yang tiap harinya harus memiliki minimal satu berita untuk dipublikasikan. Jadi, jika tidak benar-benar hobi dalam dunia wartawan, kita tidak akan betah dengan pekerjaan ini. Selain itu, terkadang seorang wartawan juga sedikit pernah mengalami konflik batin, dimana bila seorang wartawan dihadapkan pada pilihan yang sulit, yaitu nyawa seseorang atau foto momentual yang bernilai jual tinggi? Selain bercerita panjang lebar mengenai seorang wartawan, Pak Fail juga mengatakan, sebuah berita memiliki nilai yang tinggi apabila dalam satu narasumber, kita bisa mendapatkan lebih dari satu berita. Karena sangat disayangkan apabila kita mendapatkan seorang narasumber yang cukup susah ditemui, misalnya Pak Susilo Bambang Yudhoyono, dan kita hanya mendapatkan satu berita saja. Seorang wartawan harus memiliki kecerdasan pula dalam hal ini, yaitu kecerdasan dalam mencari peluang untuk dijadikan sebuah berita. Mereka harus ngeh ketika dalam kondisi seperti ini.

Itulah sedikit ilmu tentang profesi sebagai wartawan yang saya dapatkan, semoga bermanfaat :D
#SalamJurnalistik

 

sumber gambar: google

No comments:

Post a Comment